latar belakang berdirinya muhammadiyah
Kata Pengantar
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat dan bimbingan-Nya, sehingga kami dapat menyusun
makalah ini.
Adapun makalah ini memberikan sedikit penjelasan tentang Latar Belakang
Berdirinya Muhammadiyah. Akhirnya kami menyadari sepenuhnya bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu dengan segala
kerendahan hati, kami mohon berkenan para pembaca untuk memberikan saran
/ kritik yang membnagun demi perbaikan. Untuk itu kami mengucapkan
banyak terima kasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB 1 LATAR BELAKANG BERDIRINYA MUHAMMADIYAH
PENDAHULUAN ………………………………………………
A. Latar Belakang………………………………………………. 3
B. Rumusan Masalah…………………………………………… 4
C. Tujuan……………………………………………………….. 4
BAB 2 PEMBAHASAN……………………………………………….. 5
A. Pengertian Muhammadiyah……………………………….. … 5
B. Gagasan yang Melatarbelakangi berdirinya Muhammadiyah………………………………………….. ….
BAB 3 PENUTUP………………………………………………………
A. Kesimpulan ………………………………………………….
B. Saran dan Kritik………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG BERDIRINYA MUHAMMADIYAH
A. Latar Belakang
Muhammad Darwis atau lebih dikenal dengan K.H. Ahmad Dahlan merupakan
pendiri Muhammadiyah pada tanggal 8 Dzulhijah 1330 H,bertepatan pada
tanggal 18 November 1912, di kampung Kauman Yogyakarta.
Pada tahun itu,K.H. Ahmad Dahlan mendirikan organisasi Muhammadiyah
untuk melakukan cita-cita dalam pembaharuan Islam di Indonesia. K.H.
Ahmad Dahlan ingin mengadakan suatu pembaharuan dalam cara berpikir dan
beramal menurut tuntunan agama Islam. la ingin mengajak umat Islam di
Indonesia untuk kembali hidup menurut tuntunan Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Sejak pertama didirikan, telah ditegaskan bahwa Muhammadiyah bukan
organisasi yang bergerak dibidang politik, namun bersifat sosial dan
bergerak di bidang pendidikan.
Hasil pemikiran K.H. Ahmad Dahlan yang dilakukan secara mendalam dan
sungguh-sungguh tersebut, kemudian melahirkan berbagai gerakan
pembaharuan yang merupakan operasionalisasi dan pelaksanaan dari hasil
pemahaman dan pemikirannya terhadap ajaran Islam. Di Indonesia lahir
beberapa organisasi atau gerakan islam, diantaranya adalah Muhammadiyah
yang lebih dari 30 tahun sebelum merdeka, dan organisasi lainnya yang
bergerak di bidang politik,social dan pendidikan.
Muhammadiayah adalah organisasi yang berdiri bersamaan dengan
kebangkitan masyarakat Islam Indonesia pada dekade pertama yang sampai
hari ini bertahan dan membesar yang sulit dicari persepadanannya. Jika
dilihat dari amal usaha dan gerakan Muhammadiyah di bidang sosial
kemasyarakatan, khususnya di bidang pendidikan dan dan kesehatan, maka
Muhammadiyah merupakan organisasi sosial keagamaan yang terbesar di
Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang menyebutkan bahwa Muhammadiyah merupakan
organisasi terbesar di Indonesia maka sangat menarik jika kita lebih
mendalami untuk mengerti tentang bagaimana sebenarnya latar belakang
berdirinya Muhammadiyah dan apa saja yang melatarbelakangi pendiriannya,
sehingga sampai saat ini masih bisa tetap terjaga eksistensinya sebagai
organisasi sosial kemasyarakatan yang terbesar di Indonesia.
C. Tujuan
Tujuan penyusun makalah ini untuk memenuhi tugas Kemuhammadiyahan
Kelompok 1 yang diberikan oleh Dosen pembimbing mata kuliah
Kemuhammadiyahan dengan tema “LATAR BELAKANG BERDIRINYA MUHAMMADIYAH”.
Disamping itu juga kelompok 1 ingin mengetahui tentang bagaimana
muhammadiyah didirikan dan apa yang menjadi faktor yang melatarbelakangi
berdirinya muhammadiyah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Muhammadiyah
Muhammadiyah sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia,karena
Muhammadiyah aktif dalam pergerakan masyarakat baik itu dalam bidang
pendidikan maupun dalam bidang kesehatan. Adapun arti dari Nama
Muhammadiyah dapat ditinjau dari dua segi yaitu berdasarkan arti
etimologis ( bahasa ) dan arti terminologis ( istilah ).
1. Arti Etimologis ( bahasa )
Muhammadiyah berasal dari kata “Muhammad” yaitu seorang Nabi Atau
Rasul yang menjadi tauladan bagi umat manusia pada akhir zaman,atau
merupakan Nabi dan Rasul terakhir. Sedangkan “iyah” berarti menjeniskan.
Jadi Muhammadiyah berarti pengikut ( umat ) Muhammad. Siapapun yang
menyakini bahwa Muhammad adalah Nabi dan Rasul Allah yang terakhir, maka
semua orang yang beragama Islam merupakan orang Muhammadiyah tanpa
dilihat dari perbedaan cara pandang organisasi ataupun yang lainnya.
2. Arti Terminologis ( istilah )
Muhammadiyah merupakan sebuah gerakan Islam , Dakwah Amar Makruf Nahi
Munkar , berdasarkan asas Islam yang bersumber dari Al Qur’an dan As
Sunah yang didirikan oleh Muhammad Darwis atau lebih dikenal dengan nama
K.H. Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijah 1330 H, bertepatan pada
tanggal 18 November 1912 M di Kampung Kauman Yogyakarta.
B. Gagasan Yang Melatarbelakangi Berdirinya Muhammadiyah
Umat Islam sebelum terbentuknya Muhammadiyah masih percaya pada hal-
hal yang mistik, seperti pemberian sesajen pada benda-benda atau tempat
yang dianggap keramat. Bahkan sampai sekarang hal- hal seperti itu masih
ada, seperti yang kita lihat didaerah Lombok, ada seorang yang
menganggap bahwa foto Tuan Guru dapat membantunya terlepas dari nasib
buruk. Dan banyak sekali ajaran-ajaran yang dicampur dengan
perbuatan-perbuatan yang melanggar aturan agama, seperti yang kita lihat
di dalam Film Sang Pencerah. Sebuah keluarga yang memberikan sesajen ke
pohon besar, sesajen tersebut diambil oleh seseorang sehingga keluarga
tersebut merasa senang karena beranggapan bahwa sesajennya telah
diterima oleh Allah swt.
Dari cerita diatas dapat dikatakan bahwa agama yang disiarkan pada
saat tersebut masih disisipkan sebuah perbuatan yang secara langsung
dilarang dalam Kitabullah dan Sunnah Rasullullah.
K.H. Ahmad Dahlan sebelum membentuk perkumpulan Muhammadiyah terlebih
dahulu pergi memdalami ilmu agama ke Kota Suci Makkah sekaligus
melaksanakan ibadah haji yang kedua kali pada tahun1903. Setelah
menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci Makkah, Kyai Dahlan mulai
menyemaikan benih pembaruan di Tanah Air. Gagasan pembaruan itu
diperoleh Kyai Dahlan setelah berguru kepada ulama-ulama Indonesia yang
bermukim di Mekkah seperti Syeikh Ahmad Khatib dari Minangkabau, Kyai
Nawawi dari Banten, Kyai Mas Abdullah dari Surabaya, dan Kyai Fakih dari
Maskumambang, juga setelah membaca pemikiran-pemikiran para pembaru
Islam seperti Ibnu Taimiyah, Muhammad bin Abdil Wahhab, Jamaluddin
Al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha. Dengan modal kecerdasan
dirinya serta interaksi selama bermukim di kota suci Mekkah dan bacaan
atas karya- karya para pembaru pemikiran Islam itu telah menanamkan
benih ide-ide pembaruan dalam diri K.H. Ahmad Dahlan. Jadi sekembalinya
dari Mekkah, K.H. Ahmad Dahlan justru membawa ide dan gerakan pembaruan.
Benih kelahiran Muhammadiyah sebagai organisasi untuk
mengaktualisasikan gagasan-gagasannya merupakan hasil interaksi K.H.
Ahmad Dahlan dengan kawan-kawan dari Boedi Oetomo yang tertarik dengan
masalah agama yang diajarkan K.H. Ahmad Dahlan, yakni R.Budihardjo dan
R.Sosrosugondo. Gagasan itu juga merupakan saran dari salah seorang
siswa K.H. Ahmad Dahlan di Kweekscholl Jetis di mana Kyai mengajar agama
pada sekolah tersebut secara ekstrakulikuler, yang sering datang ke
rumah Kyai dan menyarankan agar kegiatan pendidikan yang dirintis K.H.
Ahmad Dahlan tidak diurus oleh Kyai sendiri tetapi oleh suatu organisasi
agar terdapat kesinambungan setelah Kyai wafat. Dalam catatan Adaby
Darban, ahli sejarah dari UGM kelahiran Kauman, nama ”Muhammadiyah” pada
mulanya diusulkan oleh kerabat dan sekaligus sahabat K.H. Ahmad Dahlan
yang bernama Muhammad Sangidu, seorang Ketib Anom Kraton Yogyakarta dan
tokoh pembaruan yang kemudian menjadi penghulu Kraton Yogyakarta, yang
kemudian diputuskan Kyai Dahlan setelah melalui shalat istikharah
(Darban, 2000: 34). Artinya pilihan untuk mendirikan Muhammadiyah
memiliki dimensi spiritualitas yang tinggi sebagaimana tradisi kyai atau
dunia pesantren.
Gagasan untuk mendirikan organisasi Muhammadiyah tersebut selain
untuk mengaktualisasikan pikiran-pikiran pembaruan Kyai Dahlan, menurut
Adaby Darban (2000: 13) secara praktis-organisatoris untuk mewadahi dan
memayungi sekolah Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah, yang
didirikannya pada 1 Desember 1911. Sekolah tersebut merupakan rintisan
lanjutan dari ”sekolah” ( kegiatan K.H. Ahmad Dahlan dalam menjelaskan
ajaran Islam ) yang dikembangkan K.H. Ahmad Dahlan secara informal dalam
memberikan pelajaran yang mengandung ilmu agama Islam dan pengetahuan
umum di beranda rumahnya. Dalam tulisan Djarnawi Hadikusuma yang
didirikan pada tahun 1911 di kampung Kauman Yogyakarta tersebut,
merupakan ”Sekolah Muhammadiyah”, yakni sebuah sekolah agama yang tidak
diselenggarakan di surau seperti pada umumnya kegiatan umat Islam waktu
itu, tetapi bertempat di dalam sebuah gedung milik ayah K.H. Ahmad
Dahlan, dengan menggunakan meja dan papan tulis, yang mengajarkan agama
dengan dengan cara baru, juga diajarkan ilmu-ilmu umum.
Maka pada tanggal 18 November 1912 Miladiyah bertepatan dengan 8
Dzulhijah 1330 H di Yogyakarta akhirnya didirikanlah sebuah organisasi
yang bernama ”MUHAMMADIYAH”.
Organisasi baru ini diajukan pengesahannya pada tanggal 20 Desember
1912 dengan mengirim ”Statuten Muhammadiyah” ( Anggaran Dasar
Muhammadiyah yang pertama, tahun 1912 ), yang kemudian baru disahkan
oleh Gubernur Jenderal Belanda pada 22 Agustus 1914. Dalam ”Statuten
Muhammadiyah” yang pertama itu, tanggal resmi yang diajukan ialah
tanggal Miladiyah yaitu 18 November 1912, tidak mencantumkan tanggal
Hijriyah. Dalam artikel 1 dinyatakan, ”Perhimpunan itu ditentukan buat
29 tahun lamanya, mulai 18 November 1912. Namanya ”Muhammadiyah” dan
tempatnya di Yogyakarta”. Sedangkan maksudnya ialah “menyebarkan
pengajaran agama Nabi Muhammad Shallalahu ‘Alaihi Wassalam kepada
penduduk nusantara di dalam residensi Yogyakarta, dan memajukan hal
agama kepada anggota-anggotanya.”
Kelahiran Muhammadiyah sebagaimana digambarkan itu melekat dengan
sikap, pemikiran, dan langkah K.H. Ahmad Dahlan sebagai pendirinya, yang
mampu memadukan paham Islam yang ingin kembali pada Al-Quran dan Sunnah
Nabi dengan orientasi tajdid yang membuka pintu ijtihad untuk kemajuan,
sehingga memberi karakter yang khas dari kelahiran dan perkembangan
Muhammadiyah di kemudian hari. K.H. Ahmad Dahlan, sebagaimana para
pembaru Islam lainnya, tetapi dengan ciri- ciri yang khas, memiliki
cita- cita membebaskan umat Islam dari keterbelakangan dan membangun
kehidupan yang berkemajuan melalui tajdid ( pembaruan ) yang meliputi
aspek-aspek tauhid ( ‘aqidah ), ibadah, mu’amalah, dan pemahaman
terhadap ajaran Islam dan kehidupan umat Islam, dengan mengembalikan
kepada sumbernya yang asli yakni Al-Quran dan Sunnah Nabi yang Shakhih,
dengan membuka ijtihad.
Pembaruan Islam yang cukup mendasar dari Kyai Dahlan dapat dirujuk
pada pemahaman dan pengamalan Surat Al-Ma’un. Gagasan dan pelajaran
tentang Surat Al-Maun merupakan contoh lain yang paling monumental dari
pembaruan yang berorientasi pada amal sosial-kesejahteraan, yang
kemudian melahirkan lembaga Penolong Kesengsaraan Umum (PKU). karena
Islam tidak sekadar menjadi seperangkat ajaran ritual-ibadah dan ”hablu
min Allah” ( hubungan dengan Allah SWT ) semata, tetapi justru peduli
dan terlibat dalam memecahkan masalah-masalah konkret yang dihadapi
manusia. Inilah ”teologi amal” yang khas dari K.H. Ahamad Dahlan dan
awal kehadiran Muhammadiyah, sebagai bentuk dari gagasan dan amal
pembaruan lainnya di negeri ini.
Gagasan pembaharuan Muhammadiyah disebarluaskan oleh K.H. Ahmad
Dahlan dengan mengadakan tabligh ke berbagai kota, disamping juga
melalui relasi-relasi dagang yang dimilikinya. Gagasan ini ternyata
mendapatkan sambutan yang besar dari masyarakat di berbagai kota di
Indonesia. Ulama-ulama dari berbagai daerah lain berdatangan kepadanya
untuk menyatakan dukungan terhadap Muhammadiyah. Muhammadiyah makin lama
makin berkembang hampir di seluruh Indonesia. Oleh karena itu, pada
tanggal 7 Mei 1921 Dahlan mengajukan permohonan kepada pemerintah Hindia
Belanda untuk mendirikan cabang-cabang Muhammadiyah di seluruh
Indonesia. Permohonan ini dikabulkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada
tanggal 2 September 1921.
Sebagai seorang yang demokratis dalam melaksanakan aktivitas gerakan
dakwah Muhammadiyah, K.H. Ahmad Dahlan juga memfasilitasi para anggota
Muhammadiyah untuk proses evaluasi kerja dan pemilihan pemimpin dalam
Muhammadiyah. Selama hidupnya dalam aktivitas gerakan dakwah
Muhammadiyah, telah diselenggarakan pertemuan anggota ( sekali dalam
setahun ), yang saat itu dipakai istilah AIgemeene Vergadering (
persidangan umum ).
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Muhammad Darwis atau lebih dikenal dengan K.H. Ahmad Dahlan menuntut
ilmu di kota suci Makkah, dan hasil dari pendidikannya itu kemudian
beliau membentuk sebuah wadah perubahan untuk kembali kepada Al Qur’an
dan As Sunnah Rasullullah sesuai dengan arti Muhammadiyah yaitu pengikut
Nabi Muhammad SAW. Dari terbentuknya Muhammadiyah di kampung Kauman
Yogyakarta pada tanggal 8 Dzulhijah 1330 H yang bertepatan pada 18
November 1912 M dan tersebarluas hampir seluruh Indonesia sehingga
menjadi organisasi besar sampai dengan sekarang tidak lepas dari buah
pikiran K.H. Ahmad Dahlan.
2. Saran dan Kritik
Dalam penyusunan makalah yang berjudul “Latar belakang berdirinya
Muhammadiyah “, kami dari kelompok 1 menyadari bahwa masih banyak
kesalahan sehingga belum sempurnanya makalah kami. Maka kami harap
kritik dan saran yang membangun dari Dosen pembimbing dan
saudara-saudari khususnya kelas A semester IV Program studi Bahasa
Inggris.
DAFTAR PUSTAKA
1.Nafi’ah, Siti.2011. “Ide Dasar/Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah”.
2.http://aminsutrajabe.wordpress.com/2011/11/22/latar-belakang-berdirinya-muhammadiyah/